Obrolan Senja [8]





Sejak saat itu aku selalu ingin berprasangka baik pada Allah. Berharap kejutan saat itu akan menjadi awal yang baru dalam hidupku. Tapi nyatanya Allah menginginkanku untuk belajar lebih sabar.


Pertama kali, aku merasa hidupku layaknya seorang peran utama dalam sebuah novel. Beginikah rasanya mendapatkan kejutan yang tak ku duga. Semuanya terjadi begitu saja tanpa kusadari. Tapi, perasaan ini begitu aneh, antara bahagia atau kecewa campur aduk perasaanku kala itu.

Namun, lagi-lagi aku harus menerima kondisi dimana seorang perempuan membuat ekspentasi yang berlebihan hanya karena sebuah ucapan. Karena pada akhirnya Allah menyuruhku kembali untuk berserah dan pasrah atas segala rencana-Nya yang tidak pernah aku duga. Aku yakin, rencana Allah itu indah, hanya saja waktu belum mengatakan bukan saat yang tepat atas indahnya skenario yang Allah buatkan untukku.

Aku tak pernah tahu akhir dari semua hal yang tidak pernah aku duga ini. Entah berlanjut atau tidak. Entah akan patah hati sebelum jatuh cinta. Aku pun tak pernah dapati wujudmu secara langsung, bahkan aku tidak pernah mengenal kamu.tapi, Kamu sendiri bahkan sudah pernah berdiskusi dengan kedua orangtuamu. Sedangkan aku? Hanya seperti orang yang bodoh yang tidak tahu apa-apa kala itu.

Allah pun bahkan tidak mempertemukan kita kala itu. Apakah semua ini pertanda? Aku ingin sekali berprasangka buruk, tapi lagi-lagi aku harus berprasangka baik pada Allah. Mungkin kamu bukan yang terbaik atau aku bukan yang terbaik untuk kamu.

Sebuah kejelasan, ya. Perempuan ini hanya butuh sebuah kejelasan. Tapi waktu memintanya untuk bersabar sambil menunggu rencana apalagi yang akan Allah buatkan untuk perempuan ini.


Semoga aku istiqomah dengan prinsipku saat ini ‘berprasangka baik pada Allah’
Ana uhibbuka fillah. Untuk kamu, yang tak pernah ku ketahui .





pict by google

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Sunset Is Beautiful, Isn't It?

Bertemu, lalu berdamai