Only Learned Bad Things [2]
Beberapa orang di
kelasku banyak yang iri karena kedekatanku dengan Langit. Memang tak bisa di
pungkiri, Langit tetaplah indah, siapapun tahu itu. Begitu pula dengan seluruh
siswi di sekolah ini, tak jarang mereka berharap bisa dekat dengan Langit. Tapi
Langit tetaplah Langit, meskipun indah tak akan pernah ada yang mampu
menggapainya, menggapai perasaanya.
“Langit itu,
duniamu?” aku terdiam, pertanyaan Gita menohokku. Tak ku sangka Gita akan
menanyakan hal semacam ini. Githa adalah teman sebangku sekaligus teman
curhatku, namun selama ini tentang perasaanku pada Langit, aku tak pernah
memberitahu pada siapapun termasuk Githa.
“Langit bukan
duniaku, tapi ia bagian dari jagad rayaku
”jawabku
seadanya.melaadeni
pertanyaan Githa yang so puitis terkadang membuatku geli.
“apa yang kamu suka
dari Langit?” Gita sepertinya masih ingin menggali banyak informasi dariku,
tentang langitku. “aku bisa melihatnya, kamu menyukai Langit”
Menyukai Langit?
Siapa perempuan disini yang tak menyukai langit. Dengan tinggi badan 180cm dan
wajah yang samar samar mirip seperti aktor Hollywood Tom Cruise mampu membuat
banyak perempuan menyukainya. Begitu pula denganku.
Tapi, di saat
oranglain menyukai Langit karena Fisiknya, aku menyukai Langit karena
dinginnya.
“kalau kamu
menyukainya, lepaskan atau perjuangkan” sambung Gita. Aku kembali terdiam tak
paham dengan apa yang Gita bicarakan.
“apa maksudmu Git?”
“bersiaplah, jika
kamu menyukainya lebih dari seorang teman. Kamu akan patah hati” Gita menepuk
pundakku. Seolah memberi kekuatan untuk menghadapi kenyataan yang akan ku
hadapi.
Perasaan ini, sebaiknya di bunuh saja.
Satu sekolah heboh
dengan berita yang mengatakan bahwa Langit dan Airin berpacaran. Aku hanya
membisu, bersua pun tak akan berpengaruh apapun, toh Langiku telah rubuh. Hanya
saja tubuhku melemah, entah efek dari keterkejutanku mendengar berita heboh itu
atau efek dari Langitku yang rubuh karena mendengar berita itu. Sama saja, dan
rasanya aku ingin pergi entah kemana. Mataku sudah mulai berat menimbun air
mataku yang siap turun kapan saja,
I love you from the start
So it breaks my heart
Penggalan lirik
lagu Just a friend to you milik Meghan Trainor ini sukses menampar posisiku
saat ini.
When you say I am just a friend to you
Cause friend don’t do the things we do
Everybody know you love me too
Tapi, seorang teman
tidak melakukan hal-hal seperti apa yang kita lakukan. Rasanya aku ingin sekali
menuntut kejelasan pada hubungan kita selama ini. apa aku benar benar temanmu
saja?
Bahkan orang lain
pun berfikir bahwa hubungan kita lebih dari sekedar teman.
Sungguh ini sangat
berat. Aku terluka, tapi aku tak bisa menuntutmu atas lukaku.
***
September, 2022
Aku berjalan cepat
menuju kantorku, di ikuti oleh Githa sekertarisku sekaligus sahabatku. Setelah
pertemuan tadi, Githa harus menjelaskan megapa Langit bisa menjadi klienku.
“Git, kenapa engga
bilang kalo Langit kliennya?” tanyaku sedikit kesal
“aku fikir bukan
Langit yang itu”
Aku menarik nafas.
Mengatur emosiku, Githa seperti mempermainkanku hari ini. tapi aku sadar ini
adalah masalah pribadi. Tak seharusnya aku menyangkutpautkan dalam urusan
bisnis.
“bukan Langit yang
itu,tapi kamu kaya udah sering ketemu”
“hehehe, kalo
bilang kliennya Langit mana mau kamu ketemu sama dia”
Aku terdiam, jelas
benar apa yang dikatakan Githa. “oke Git, tapi inget. Kita harus profesional.
Jangan sangkut pautkan sama masa lalu. Lagit udah mau nikah”
“elo yang harus profesional. gue khawatir sama elo”
“aku engga apa-apa lagian itu pilihan Langit” aku menghela
napas.
“Mbun, kamu masih
suka sama Langit?”
Aku terdiam,
pertanyaan yang di ajukan Githa begitu sulit ku jawab.
“ini masalah
pribadi, kalau nanyain hal itu, aku engga bisa jawab Git”
“dari tatapan kamu
aku udah tau ko, kamu masih ada rasa sama Langit”
Pertahananku
runtuh, ucapan Githa 100 persen benar. Aku menghempaskan diri ke kursi tempat
biasanya aku bekerja. aku memijat pelipisku yang sedikit pusing, cinta selalu
menimbulkan efek kurang baik pada tubuh.
“Embun, are you okay? Mau di buatin teh?” raut
wajah Githa terlihat khawatir, tentu saja ini juga karenamu Git, kamu
mempertemukanku dengan masalaluku.
Aku mengangguk,
Githa pergi ke dapur kantor untuk membuatkan secangkir teh hangat untuku.
Semoga bisa menenangkan hatiku.
Githa datang dengan
membawa secangkir teh hangat untukku “aku engga tahu kalau efeknya bakal kaya
gini” gumam Githa, ku fikir Githa sedikit menyesal dengan apa yang ia lakukan
tadi.
“kamu harus jelasin
Git,”
“oke, aku cerita.
Aku ketemu Langit satu bulan yang lalu waktu kamu nyuruh aku ke Bali buat acara
gathering, aku ketemu dia di bandara” Githa menghela nafas “waktu itu
penerbangan delay satu jam, aku sama
Langit ngobrol. Katanya dia mau nikah, dan lagi nyari Wedding Organizer yang
bagus. Tanpa fikir panjang aku bilang kalau kamu punya Wedding Organizer. Dan
jujur aku bilangkaya gitu asal ngomong. Ehhh satu minggu kebelakang Langit
nelpon, katanya dia mau pake Wedding Organizer kamu buat acara Lamarannya dulu,
kalau cocok mau di lanjut buat acara nikahnya”
“oke, ini
bisnis.”lirihku “kamu yang handle,
aku kayanya engga bisa dan engga akan bisa. Aku takut goyah”
Githa tiba-tiba
menghampiriku dan langsung memeluk “oke,”
***
Maret, 2017
“Embuuun” suara tak
asing ini tiba-tiba terdengar memanggilku. Aku mencari sumber arah suara,
Langit memanggilku. Kelasku memang saling berhadapan dengan kelas Langit. Aku
yang sedang menyapu teras kelas akhirnya menghentikan kegiatanku untuk menghampiri
Langit. Setelah hampir dua bulan ia seolah-olah tak mengenaliku, Langit kembali
memanggil namaku, dan aku senang.
“apa?”
“lagi piket?” tanya
Langit, aku menunjukkan gagang sapu yang masih ku pegang. Langit mengangguk
“oke, selesaiin piket lo, gue tunggu diisini” aku kembali ke kelasku
menyelesaikan tugas piket mingguanku yang belum beres.
Tinggal aku dan
Githa yang masih berada di dalam kelas. Ini memang bukan bagian Githa untuk
piket atau sedang menungguku. Tapi ia sedang mengerjakan tugas sekolah, Prinsip
Githa yang tak pernah membawa PR ke rumah yang akhirnya membuat Githa selalu
pulang paling akhir.
“aku duluan ya Git”
pamitku pada Githa yang masih asyik dengan hitungannya.
“hmmm, hati-hati”
begitulah jawaban Githa tanpa menoleh padaku. aku mengambil tasku setelah
membereskan alat kebersihan yang di terlantarkan begitu saja oleh Ridwan dan
Herfi teman satu piketku.
Aku menghampiri
Langit yang duduk di teras luar kelasnya sambil memainkan ponselnya. Ia masih
belum sadar bahwa aku ada di depannya.
“engga pulang?”
tanyaku, ku lihat Langit sedang memainkan game COC. Pantas saja ia tak
menyadari keberadaanku.
“ gue kan nunggu
elo. Yukkk” Langit menyimpan ponsel ke dalam saku celananya. Sementara tangan
yang lainnya menggenggam tanganku.
“tumben ngajak
pulang bareng, kemana pacar?” tanyaku
“udah putus tadi”
jawab Langit. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang. Rasanya begitu bahagia
ketika mendengar Langit putus. Apa harus aku rayakan?
“loh bisa?”
“bisa lah” Langit
menggacak rambutku “makan yukk, udah lama engga maksn bareng elo”
Refleks aku
mengangguk. Tentu saja, aku harus merayakan kebahagiankku.
***
Oktober, 2022
“Embunnnn tolong
dong, Langit mau konsultasi masalah dekorasi. Ada yang pengen ditambah. Katanya
pengen sekarang, kalo besok dia mau ke Lampung, Aku enggak bisa kalau sekarang,
mau meeting sama Pak Ilham katanya ada investor baru”
“suruh aja dia
kesini, aku sibuk kalo harus nyemperin dia” jawabku
“oke. Aku hubungin
dia sekarang. Suruh dia kesini”
“ehhhh” aku
tertegun. Ku fikir respon Githa tak akan seperti ini.
“ayolahhhh, ini kan
kerjaan. Jangan masukin masalah pribadi”
“oke oke”
Hanya dalam
hitungan menit, Langit tiba di kantorku. Ia membawa dua gelas kopi, bahkan aku tidak meminta.
Ayolahhh, kamu tidak boleh goyah Embun. bersikap profesional, Langit akan
bertunangan.
“ayo duduk” aku
mempersilahkan Langit untuk duduk.
“thanks” Langit
menyodorkan satu gelas kopi padaku “ masih
suka Americano kan?”
Aku mengangguk
“makasih” Langit masih tau dengan kopi kesukaanku. Aku tersenyum miris, kenapa
ia selalu baik di saat aku ingin menjauhinya. Aku menggelengkan kepalaku, Oke embun, kamu harus fokus ke masalah
inti. “jadi, gimana? Katanya ada yang mau di tambah”
“gue udah bilang
sama calon tunangan gue kalo temanya bebas asalkan bernuansa biru dan banyak
bunga”
“kamu udah bilang
waktu itu”
“gue takut elo
lupa”
aku menunjukkan
catatan pada Langit “aku udah catet semua” Langit mengangguk.
“ohh, masalah waktu
kemarin gue bilang akhir Februari, bisa di ganti sama awal Februari? Sekitar
tanggal 1, Soalnya kalau akhir takut bentrok sama kerjaan”
“bentar, aku lihat
schedule dulu” tatapanku beralih pada komputer yang ada di depan ku. “oke,
kayanya masih kosong nih buat tanggal 1”
“oke, bentar”
Terlihat Langit
sedang mengetik sesuatu dalam ponselnya. Sepertinya Langit akan menhubungi
calon tunangannya.
‘hallo, sayang.
Kita fix tanggal 1 Februari yah, Gimana? Ohhh . Siap. bye’
Ada sedikit sesak
ketika Langit mengatakan kata ‘sayang’ pada tunangannya. Bodoh sekali aku
selama ini menunggunya.
“oke, siap kayanya
tanggal 1 Februari”
Aku mengangguk “oke.
Udah fix yah” aku menuliskan tanggal bersejarah Langit dalam buku agendaku.
“Mbun, lo pengen
liat calon tunangan gue?” tanya Langit sambil menunjukkan sesuatu dalam
ponselnya. Dan refleks aku mengangguk.
“nihhh” terlihat di
dalam ponsel Langit gambar perempuan cantik yang sedang tersenyum. Cantik dan
terlihat sangat baik”
“cantik,” ucapku
seadanya. Ini menyakitkan untukku Langit. Mudah sekali kamu melupakan masa
lalu, tapi mengapa tidak denganku?”
***
Mei, 2017
Aku itu bodoh, Kufikir,
hanya Airin saja yang akan Langit pacari. Ternyata selang satu minggu kini
Langit berpacaran dengan Dini, perempuan yang terkenal mengejar ngejar Langir
dari kelas satu.
Dan aku harus kembali merayakan lukaku.
Langit menghilang
lagi, aku benci itu. tapi siapa aku?
Aku tak paham,
mengapa Langit menjadi seperti ini dia seperti bukan Langit yang ku kenal.
Dalam waktu lima
hari kemudian ia mengadu lagi padaku, bahwa ia putus dengan Dini.
Dan kali ini aku
lelah mendengar aduan Langit jika ia putus dengan kekasihnya, aku seperti
pelampiasan lukanya. Tak tahukah ia bahwa aku lebih terluka melihat kelakuan
Langit seperti ini?
Semuanya aku
ceritakan pada sahabatku Githa. Ia selalu paham tentang apa yang aku rasakan.
Hari ini, entah aku ingin menangis setelah Langit pergi. Muak rasanya setelah
ia mengadu padaku tentang kekasihnya yang selalu menuntutnya ini dan itu. Entah
perempuan keberapa yang telah ia bicarakan padaku. aku lupa dan sudah malas
menghitungnya.
Terkadang, aku
menjadi objek kemarahan mantan-mantan Langit. Mereka fikir aku menghasut Langit
agar Langit memutuskan mereka.
Langit tak pernah
tahu,itu adalah fakta yang selama ini aku sembunyikan.
. ***
Juni, 2017
“lo engga usah so deket
sama Langit. Siapa sih lo!” aku tak tahu
perempuan yang kini sedang berbicara sinis padaku. aku hanya tertunduk, Langit
adalah penyebab perempuan ini marah padaku.
“maaf, aku dan
Langit Cuma temenan. Ga lebih”
“alahhhh,elo kan
yang nyuruh Langit putusin Ghea?”perempuan ini kini menggunakan fisiknya dengan
mendorongku “sadar diri lo! Lo udah kalah saing sama Ghea. Lo engga tahu Ghea
cinta mati sama Lamgit. Lo mau ngancurin hidup orang? Huhhh” nada perempuan di
hadapanku sudah terdengar emosi. Matilah kau Embun. Karena percuma saja
menjelaskan pada orang yang sedang emosi. “jawab, punya mulut gak sih lo!”
“ka, aku sama
Langit Cuma tem …”
Plakkkk
Tamparan keras
mengenai pipiku. Wajah perempuan di depanku sudah terlihat emosi, sementara
tanganku refleks memegang pipi yang di tampar oleh perempuan yang tak ku kenal
ini.
“aku harus apa
supaya kaka percaya kalau aku sama Langit Cuma temenan?” tanyaku pada perempuan
ini, nadaku harus sangat rendah. Bertengkar karena urusan laki-laki menurutku
bukan hal yang keren.
“jauhin Langit atau
buat dia balikan sama Ghea”
Aku menghela nafas dalam,
mencerna keinginan perempuan itu sedikit membuat emosiku tersulut. Jangankan
menjauhi Langit, bertemu dengannya pun sudah sangat jarang.
“ka, pertama aku
udah jarang banget ketemu Langit kedua itu urusan pribadi Langit sama Ghea. Aku
engga bisa ikut campur urusan mereka” aku menghela nafas lagi “tanpa kaka minta
aku buat ngejauhin Langit pun Langit udah jauh ko sama aku”
“lo berani lawan
gue, huh” tangan perempuan ini sudah kembali melayang ke arahku dan aku refleks
menundukkan kepalaku.
Entah beberapa
detik berlalu, tangan itu tak mendarat. Ku beranikan diri untuk mengangkat
wajahku.
Githa
Ia menahan tangan
perempuan itu.
“cukup ya ka
Barbie, kaka bisa saya laporkan ke BP atas kekerasan yang kaka lakukan pada
teman saya. Saya punya bukti rekaman video kejadian tadi. Tolong ka, ini
masalah sepele. Lagian hidup masih panjang, di dunia ini laki-laki bukan Cuma
Langit. Tolong kasih tahu Ghea. Move on dari laki-laki brengsek semacem Langit”
Githa menghempaskan tangan Barbie dan membawaku pergi. Ya, ternyata Barbie
adalah nama perempuan yang menamparku tadi. “Mbun, kenapa kamu engga ngelawan
sih? Makin besar kepala tuh cowok di rebutin banyak cewe”
“aku tahu gimana
sakithatinya Ghea Langit putusin. Aku juga paham kenapa ka Barbie kesel. Kamu
juga ngelakuin hal yang sama kan kalo aku di sakitin”
“ini semua
gara-gara si Langit. Padahal kamu lebih banyak sakit hatinya ketimbang si
Ghea.”
“udah ahhhh, aku
mau ke UKS pipi aku panas nihhh” aku menggosok pipiku, efek tamparan tadi masih
terasa dan rasanya sangat perih.
***
Juni,2017
Aku tak menyangka
bahwa Githa akhirnya menyebar Video Barbie yang menamparku. Satu sekolah heboh
dengan video itu, terlebih Langit. Ia adalah alasan dari insiden Barbie
menamparku.
Ibuku datang
kesekolah meminta pertanggung jawaban, BP menskors Barbie selama satu minggu,
dan orang-orang iba melihatku.
Hari itu, di saat
semua orang heboh dengan Video itu, tapi
aku
tak menemukan keberadaan Langit. Ia seperti hilang dari jagad rayaku.
Dan Ghea, ia datang
dengan pemohonan maafnya. Ia menatapku penuh dengan luka. Ohhh, apa yang telah
Langit lakukan pada perempuan secantik Ghea sehingga ia begitu terpuruk.
“sorry Embun.
Kemarin gue kesel sama Langit yang tiba-tiba mutusin gue, bodohnya gue yang
langsung bilang ke Barbie, dan Barbie bersikap kaya gitu ke elo semata-mata
buat ngelindungin gue”
“iya, aku paham ko”
aku memeluk Ghea “kamu cantik, engga seharusnya kamu terpuruk Cuma karena
Langit. Mungkin di luar sana pasti akan ada cowo yang peduli dan sayang sama
kamu. Percaya dehh”
Ghea mengangguk
“Embun, sebenarnya alasan kenapa kemarin Barbie marah besar sama elo karena
Langit yang suka cerita banyak tentang elo bukan gue” Ghea menghela nafas “gue
fikir perasaan Langit ke elo lebih dari sekedar temen. Kalo Langit cerita tentang
elo, matanya beda seolah elo adalah orang spesial dimata Langit”
Aku tersenyum
***
To be continue
Komentar
Posting Komentar