Only Learned Bad Things [2]


Januari, , 2017


Beberapa orang di kelasku banyak yang iri karena kedekatanku dengan Langit. Memang tak bisa di pungkiri, Langit tetaplah indah, siapapun tahu itu. Begitu pula dengan seluruh siswi di sekolah ini, tak jarang mereka berharap bisa dekat dengan Langit. Tapi Langit tetaplah Langit, meskipun indah tak akan pernah ada yang mampu menggapainya, menggapai perasaanya.
“Langit itu, duniamu?” aku terdiam, pertanyaan Gita menohokku. Tak ku sangka Gita akan menanyakan hal semacam ini. Githa adalah teman sebangku sekaligus teman curhatku, namun selama ini tentang perasaanku pada Langit, aku tak pernah memberitahu pada siapapun termasuk Githa.
“Langit bukan duniaku, tapi ia bagian dari jagad rayaku ”jawabku seadanya.melaadeni pertanyaan Githa yang so puitis terkadang membuatku geli.
“apa yang kamu suka dari Langit?” Gita sepertinya masih ingin menggali banyak informasi dariku, tentang langitku. “aku bisa melihatnya, kamu menyukai Langit”
Menyukai Langit? Siapa perempuan disini yang tak menyukai langit. Dengan tinggi badan 180cm dan wajah yang samar samar mirip seperti aktor Hollywood Tom Cruise mampu membuat banyak perempuan menyukainya. Begitu pula denganku.
Tapi, di saat oranglain menyukai Langit karena Fisiknya, aku menyukai Langit karena dinginnya.
“kalau kamu menyukainya, lepaskan atau perjuangkan” sambung Gita. Aku kembali terdiam tak paham dengan apa yang Gita bicarakan.
“apa maksudmu Git?”
“bersiaplah, jika kamu menyukainya lebih dari seorang teman. Kamu akan patah hati” Gita menepuk pundakku. Seolah memberi kekuatan untuk menghadapi kenyataan yang akan ku hadapi.

Perasaan ini, sebaiknya di bunuh saja.

Satu sekolah heboh dengan berita yang mengatakan bahwa Langit dan Airin berpacaran. Aku hanya membisu, bersua pun tak akan berpengaruh apapun, toh Langiku telah rubuh. Hanya saja tubuhku melemah, entah efek dari keterkejutanku mendengar berita heboh itu atau efek dari Langitku yang rubuh karena mendengar berita itu. Sama saja, dan rasanya aku ingin pergi entah kemana. Mataku sudah mulai berat menimbun air mataku yang siap turun kapan saja,

I love you from the start
So it breaks my heart

Penggalan lirik lagu Just a friend to you milik Meghan Trainor ini sukses menampar posisiku saat ini.

When you say I am just a friend to you
Cause friend don’t do the things we do
Everybody know you love me too

Tapi, seorang teman tidak melakukan hal-hal seperti apa yang kita lakukan. Rasanya aku ingin sekali menuntut kejelasan pada hubungan kita selama ini. apa aku benar benar temanmu saja?
Bahkan orang lain pun berfikir bahwa hubungan kita lebih dari sekedar teman.
Sungguh ini sangat berat. Aku terluka, tapi aku tak bisa menuntutmu atas lukaku.

***
September, 2022
Aku berjalan cepat menuju kantorku, di ikuti oleh Githa sekertarisku sekaligus sahabatku. Setelah pertemuan tadi, Githa harus menjelaskan megapa Langit bisa menjadi klienku.
“Git, kenapa engga bilang kalo Langit kliennya?” tanyaku sedikit kesal
“aku fikir bukan Langit yang itu”
Aku menarik nafas. Mengatur emosiku, Githa seperti mempermainkanku hari ini. tapi aku sadar ini adalah masalah pribadi. Tak seharusnya aku menyangkutpautkan dalam urusan bisnis.
“bukan Langit yang itu,tapi kamu kaya udah sering ketemu”
“hehehe, kalo bilang kliennya Langit mana mau kamu ketemu sama dia”
Aku terdiam, jelas benar apa yang dikatakan Githa. “oke Git, tapi inget. Kita harus profesional. Jangan sangkut pautkan sama masa lalu. Lagit udah mau nikah”
elo yang harus profesional. gue khawatir sama elo
aku engga apa-apa lagian itu pilihan Langit” aku menghela napas.
“Mbun, kamu masih suka sama Langit?”
Aku terdiam, pertanyaan yang di ajukan Githa begitu sulit ku jawab.
“ini masalah pribadi, kalau nanyain hal itu, aku engga bisa jawab Git”
“dari tatapan kamu aku udah tau ko, kamu masih ada rasa sama Langit”
Pertahananku runtuh, ucapan Githa 100 persen benar. Aku menghempaskan diri ke kursi tempat biasanya aku bekerja. aku memijat pelipisku yang sedikit pusing, cinta selalu menimbulkan efek kurang baik pada tubuh.
“Embun, are you okay? Mau di buatin teh?” raut wajah Githa terlihat khawatir, tentu saja ini juga karenamu Git, kamu mempertemukanku dengan masalaluku.
Aku mengangguk, Githa pergi ke dapur kantor untuk membuatkan secangkir teh hangat untuku. Semoga bisa menenangkan hatiku.
Githa datang dengan membawa secangkir teh hangat untukku “aku engga tahu kalau efeknya bakal kaya gini” gumam Githa, ku fikir Githa sedikit menyesal dengan apa yang ia lakukan tadi.
“kamu harus jelasin Git,”
“oke, aku cerita. Aku ketemu Langit satu bulan yang lalu waktu kamu nyuruh aku ke Bali buat acara gathering, aku ketemu dia di bandara” Githa menghela nafas “waktu itu penerbangan delay satu jam, aku sama Langit ngobrol. Katanya dia mau nikah, dan lagi nyari Wedding Organizer yang bagus. Tanpa fikir panjang aku bilang kalau kamu punya Wedding Organizer. Dan jujur aku bilangkaya gitu asal ngomong. Ehhh satu minggu kebelakang Langit nelpon, katanya dia mau pake Wedding Organizer kamu buat acara Lamarannya dulu, kalau cocok mau di lanjut buat acara nikahnya”
“oke, ini bisnis.”lirihku “kamu yang handle, aku kayanya engga bisa dan engga akan bisa. Aku takut goyah”
Githa tiba-tiba menghampiriku dan langsung memeluk “oke,”
***
Maret, 2017
“Embuuun” suara tak asing ini tiba-tiba terdengar memanggilku. Aku mencari sumber arah suara, Langit memanggilku. Kelasku memang saling berhadapan dengan kelas Langit. Aku yang sedang menyapu teras kelas akhirnya menghentikan kegiatanku untuk menghampiri Langit. Setelah hampir dua bulan ia seolah-olah tak mengenaliku, Langit kembali memanggil namaku, dan aku senang.
“apa?”
“lagi piket?” tanya Langit, aku menunjukkan gagang sapu yang masih ku pegang. Langit mengangguk “oke, selesaiin piket lo, gue tunggu diisini” aku kembali ke kelasku menyelesaikan tugas piket mingguanku yang belum beres.
Tinggal aku dan Githa yang masih berada di dalam kelas. Ini memang bukan bagian Githa untuk piket atau sedang menungguku. Tapi ia sedang mengerjakan tugas sekolah, Prinsip Githa yang tak pernah membawa PR ke rumah yang akhirnya membuat Githa selalu pulang paling akhir.
“aku duluan ya Git” pamitku pada Githa yang masih asyik dengan hitungannya.
“hmmm, hati-hati” begitulah jawaban Githa tanpa menoleh padaku. aku mengambil tasku setelah membereskan alat kebersihan yang di terlantarkan begitu saja oleh Ridwan dan Herfi teman satu piketku.
Aku menghampiri Langit yang duduk di teras luar kelasnya sambil memainkan ponselnya. Ia masih belum sadar bahwa  aku ada di depannya.
“engga pulang?” tanyaku, ku lihat Langit sedang memainkan game COC. Pantas saja ia tak menyadari keberadaanku.
“ gue kan nunggu elo. Yukkk” Langit menyimpan ponsel ke dalam saku celananya. Sementara tangan yang lainnya menggenggam tanganku.
“tumben ngajak pulang bareng, kemana pacar?” tanyaku
“udah putus tadi” jawab Langit. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang. Rasanya begitu bahagia ketika mendengar Langit putus. Apa harus aku rayakan?
“loh bisa?”
“bisa lah” Langit menggacak rambutku “makan yukk, udah lama engga maksn bareng elo”
Refleks aku mengangguk. Tentu saja, aku harus merayakan kebahagiankku.

***
Oktober, 2022
“Embunnnn tolong dong, Langit mau konsultasi masalah dekorasi. Ada yang pengen ditambah. Katanya pengen sekarang, kalo besok dia mau ke Lampung, Aku enggak bisa kalau sekarang, mau meeting sama Pak Ilham katanya ada investor baru”
“suruh aja dia kesini, aku sibuk kalo harus nyemperin dia” jawabku
“oke. Aku hubungin dia sekarang. Suruh dia kesini”
“ehhhh” aku tertegun. Ku fikir respon Githa tak akan seperti ini.
“ayolahhhh, ini kan kerjaan. Jangan masukin masalah pribadi”
“oke oke”
Hanya dalam hitungan menit, Langit tiba di kantorku. Ia membawa  dua gelas kopi, bahkan aku tidak meminta. Ayolahhh, kamu tidak boleh goyah Embun. bersikap profesional, Langit akan bertunangan.
“ayo duduk” aku mempersilahkan Langit untuk duduk.
“thanks” Langit menyodorkan satu gelas kopi padaku “ masih suka Americano kan?
Aku mengangguk “makasih” Langit masih tau dengan kopi kesukaanku. Aku tersenyum miris, kenapa ia selalu baik di saat aku ingin menjauhinya. Aku menggelengkan kepalaku, Oke embun, kamu harus fokus ke masalah inti. “jadi, gimana? Katanya ada yang mau di tambah”
“gue udah bilang sama calon tunangan gue kalo temanya bebas asalkan bernuansa biru dan banyak bunga”
“kamu udah bilang waktu itu”
“gue takut elo lupa”
aku menunjukkan catatan pada Langit “aku udah catet semua” Langit mengangguk.
“ohh, masalah waktu kemarin gue bilang akhir Februari, bisa di ganti sama awal Februari? Sekitar tanggal 1, Soalnya kalau akhir takut bentrok sama kerjaan”
“bentar, aku lihat schedule dulu” tatapanku beralih pada komputer yang ada di depan ku. “oke, kayanya masih kosong nih buat tanggal 1”
“oke, bentar”
Terlihat Langit sedang mengetik sesuatu dalam ponselnya. Sepertinya Langit akan menhubungi calon tunangannya.
‘hallo, sayang. Kita fix tanggal 1 Februari yah, Gimana? Ohhh . Siap. bye’
Ada sedikit sesak ketika Langit mengatakan kata ‘sayang’ pada tunangannya. Bodoh sekali aku selama ini menunggunya.
“oke, siap kayanya tanggal 1 Februari”
Aku mengangguk “oke. Udah fix yah” aku menuliskan tanggal bersejarah Langit dalam buku agendaku.
“Mbun, lo pengen liat calon tunangan gue?” tanya Langit sambil menunjukkan sesuatu dalam ponselnya. Dan refleks aku mengangguk.
“nihhh” terlihat di dalam ponsel Langit gambar perempuan cantik yang sedang tersenyum. Cantik dan terlihat sangat baik”
“cantik,” ucapku seadanya. Ini menyakitkan untukku Langit. Mudah sekali kamu melupakan masa lalu, tapi mengapa tidak  denganku?”
***
Mei, 2017
Aku itu bodoh, Kufikir, hanya Airin saja yang akan Langit pacari. Ternyata selang satu minggu kini Langit berpacaran dengan Dini, perempuan yang terkenal mengejar ngejar Langir dari kelas satu.
Dan aku harus  kembali merayakan lukaku.
Langit menghilang lagi, aku benci itu. tapi siapa aku?
Aku tak paham, mengapa Langit menjadi seperti ini dia seperti bukan Langit yang ku kenal.
Dalam waktu lima hari kemudian ia mengadu lagi padaku, bahwa ia putus dengan Dini.
Dan kali ini aku lelah mendengar aduan Langit jika ia putus dengan kekasihnya, aku seperti pelampiasan lukanya. Tak tahukah ia bahwa aku lebih terluka melihat kelakuan Langit seperti ini?
Semuanya aku ceritakan pada sahabatku Githa. Ia selalu paham tentang apa yang aku rasakan. Hari ini, entah aku ingin menangis setelah Langit pergi. Muak rasanya setelah ia mengadu padaku tentang kekasihnya yang selalu menuntutnya ini dan itu. Entah perempuan keberapa yang telah ia bicarakan padaku. aku lupa dan sudah malas menghitungnya.
Terkadang, aku menjadi objek kemarahan mantan-mantan Langit. Mereka fikir aku menghasut Langit agar Langit memutuskan mereka.

Langit tak pernah tahu,itu adalah fakta yang selama ini aku sembunyikan.
. ***
Juni, 2017
“lo engga usah so deket sama Langit. Siapa sih lo!” aku tak tahu perempuan yang kini sedang berbicara sinis padaku. aku hanya tertunduk, Langit adalah penyebab perempuan ini marah padaku.
“maaf, aku dan Langit Cuma temenan. Ga lebih”
“alahhhh,elo kan yang nyuruh Langit putusin Ghea?”perempuan ini kini menggunakan fisiknya dengan mendorongku “sadar diri lo! Lo udah kalah saing sama Ghea. Lo engga tahu Ghea cinta mati sama Lamgit. Lo mau ngancurin hidup orang? Huhhh” nada perempuan di hadapanku sudah terdengar emosi. Matilah kau Embun. Karena percuma saja menjelaskan pada orang yang sedang emosi. “jawab,  punya mulut gak sih lo!
“ka, aku sama Langit Cuma tem
Plakkkk
Tamparan keras mengenai pipiku. Wajah perempuan di depanku sudah terlihat emosi, sementara tanganku refleks memegang pipi yang di tampar oleh perempuan yang tak ku kenal ini.
“aku harus apa supaya kaka percaya kalau aku sama Langit Cuma temenan?” tanyaku pada perempuan ini, nadaku harus sangat rendah. Bertengkar karena urusan laki-laki menurutku bukan hal yang keren.
“jauhin Langit atau buat dia balikan sama Ghea”
Aku menghela nafas dalam, mencerna keinginan perempuan itu sedikit membuat emosiku tersulut. Jangankan menjauhi Langit, bertemu dengannya pun sudah sangat jarang.
“ka, pertama aku udah jarang banget ketemu Langit kedua itu urusan pribadi Langit sama Ghea. Aku engga bisa ikut campur urusan mereka” aku menghela nafas lagi “tanpa kaka minta aku buat ngejauhin Langit pun Langit udah jauh ko sama aku”
“lo berani lawan gue, huh” tangan perempuan ini sudah kembali melayang ke arahku dan aku refleks menundukkan kepalaku.
Entah beberapa detik berlalu, tangan itu tak mendarat. Ku beranikan diri untuk mengangkat wajahku.
Githa
Ia menahan tangan perempuan itu.
“cukup ya ka Barbie, kaka bisa saya laporkan ke BP atas kekerasan yang kaka lakukan pada teman saya. Saya punya bukti rekaman video kejadian tadi. Tolong ka, ini masalah sepele. Lagian hidup masih panjang, di dunia ini laki-laki bukan Cuma Langit. Tolong kasih tahu Ghea. Move on dari laki-laki brengsek semacem Langit” Githa menghempaskan tangan Barbie dan membawaku pergi. Ya, ternyata Barbie adalah nama perempuan yang menamparku tadi. “Mbun, kenapa kamu engga ngelawan sih? Makin besar kepala tuh cowok di rebutin banyak cewe”
“aku tahu gimana sakithatinya Ghea Langit putusin. Aku juga paham kenapa ka Barbie kesel. Kamu juga ngelakuin hal yang sama kan kalo aku di sakitin”
“ini semua gara-gara si Langit. Padahal kamu lebih banyak sakit hatinya ketimbang si Ghea.”
“udah ahhhh, aku mau ke UKS pipi aku panas nihhh” aku menggosok pipiku, efek tamparan tadi masih terasa dan rasanya sangat perih.
***
Juni,2017
Aku tak menyangka bahwa Githa akhirnya menyebar Video Barbie yang menamparku. Satu sekolah heboh dengan video itu, terlebih Langit. Ia adalah alasan dari insiden Barbie menamparku.
Ibuku datang kesekolah meminta pertanggung jawaban, BP menskors Barbie selama satu minggu, dan orang-orang iba melihatku.
Hari itu, di saat semua orang heboh dengan Video itu, tapi aku tak menemukan keberadaan Langit. Ia seperti hilang dari jagad rayaku.
Dan Ghea, ia datang dengan pemohonan maafnya. Ia menatapku penuh dengan luka. Ohhh, apa yang telah Langit lakukan pada perempuan secantik Ghea sehingga ia begitu terpuruk.
“sorry Embun. Kemarin gue kesel sama Langit yang tiba-tiba mutusin gue, bodohnya gue yang langsung bilang ke Barbie, dan Barbie bersikap kaya gitu ke elo semata-mata buat ngelindungin gue”
“iya, aku paham ko” aku memeluk Ghea “kamu cantik, engga seharusnya kamu terpuruk Cuma karena Langit. Mungkin di luar sana pasti akan ada cowo yang peduli dan sayang sama kamu. Percaya dehh”
Ghea mengangguk “Embun, sebenarnya alasan kenapa kemarin Barbie marah besar sama elo karena Langit yang suka cerita banyak tentang elo bukan gue” Ghea menghela nafas “gue fikir perasaan Langit ke elo lebih dari sekedar temen. Kalo Langit cerita tentang elo, matanya beda seolah elo adalah orang spesial dimata Langit”


Aku tersenyum
*** 


To be continue

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Sunset Is Beautiful, Isn't It?

Cukup Katakan Saja ...