Jangan Sakiti Aku [Writing for Healing] chapter 3




Pembully-an secara verbal yg sering di anggap sepele membuat  psikolog dari si korban terguncang bahkan hingga depresi.

Begitu pula hal yang pernah aku dapatkan dari Sekolah Dasar sampai kini terkadang. Dengan mengejek fisik atau bahkan ketidaksempurnaan yang aku punya.

Mereka meledekku, karena tinggi badanku. 
Mereka meledekku, karena aku tidak sempurna.

Apa mereka berhak melakukan itu padaku? Apa mereka berhak menggunjingku padahal aku tidak pernah mengganggu mereka.

hanya karena aku berbeda dari mereka, 

Aku juga tidak ingin hidup seperti ini.

Tolong jangan sakiti aku dengan mulut kalian. Setiap ejekan yang kalian lontarkan itu menggores di hatiku.

Hatiku sedih ketika ibuku melabrak kalian pada saat itu, aku merasa menjadi anak yang tidak berguna karena dilahirkan seperti ini. Aku sedih, karena orang yang mecintaiku harus terluka juga karena ucapan kalian.

Tapi hidup terus berjalan. Aku selalu menguatkan diri. Tidak apa-apa. Ada keluarga yang mencintai dan melindungi. Aku tidak boleh hancur hanya karena sebuah ejekan dari mereka.

aku masih sama, makhluk Allah yang diciptakan untuk mendiami bumi.

sejak kejadian sekolah dasar, aku mulai membatasi diriku agar oranglain tidak pernah tau keadaanku yang sesungguhnya. Agar aku bisa hidup tenang tanpa guncangan masalalu.

Adapun orang yang suka usil mengejekku, aku tidak pernah dengar. Anggap saja mereka iri dengan ketidaksempurnaanku.

Aku tidak berhak untuk kalian sakiti.


kafiya
pict by unplash

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Sunset Is Beautiful, Isn't It?

Bertemu, lalu berdamai