Cerita langit Sore




Langit selalu menyukai waktu sore. Ia tidak sabar untuk melihat suasana saat sore hari. Senja yang akan menampakkan jingganya. Burung-burung berterbangan menuju rumahnya. Manusia yang bahagia karena bisa menghentikan aktivitas mereka dengan pulang ke rumah dan istirahat.
Beberapa hal memang tidak bisa di prediksi, langit sore kali ini tanpak ramai, manusia tampak panik . Air keluar jalur dari radarnya, mereka menyapu rumah-rumah tanpa ampun. Air begitu mengerikan, ia sedang mengamuk sore ini. Langit tidak tahu sebabnya, yang langit tahu, hujan deras tidak henti-hentinya turun tanpa jeda. kejadian saat ini, membuatLangit sore yang biasanya terlihat sangat indah dan menenangkan, kini  berubah menjadi  lautan manusia yang ramai-ramai menyelamatkan diri. Mereka bilang ini adalah bencana.
Langit yang melihat kejadian itu sedikit terkesima, melihat manusia begitu ketakutan dengan kejadian yang terjadi saat ini, tepatnya di sore hari waktu yang langit sukai. Di saat manusia yang seharusnya pulang dari kegiatan mereka masing masing dan beristirahat di rumahnya mereka harus berlarian mencari perlindungan bagi dirinya sendiri. bahkan manusia yang suka mengakusisi bahwa mereka adalah makhluk yang suka tolong menolong, kini menjadi manusia yang tidak peduli dengan sekitar. Yang mereka pedulikan hanyalah keselamatan dirinya.
Langit akhirya bercerita pada sungai, mengapa ia sampai harus melakukan hal itu pada manusia.
“wahai sungai, apa yang sebenarnya kamu lakukan saat ini?” seru langit pada sungai
“bukankah hal yang menyenangkan, aku memberikan sedikit teguran pada manusia yang mendiami bumi. Mereka selalu semena-mena terhadapku”
“apa yang manusia lakukan padamu”
“mereka membuang sampah di sungai, mereka memperlakukanku seperti tong sampah. Sungai yang harusnya berisi air yang mengalir, sekarang hanya dipenuhi sampah. Aku sudah tidak tahan menanggung debit air yang datang tatkala hujan tiba. Sebenarnya aku tidak patut disalahkan langit. Semua yang terjadi akibat ulah mereka sendiri”
Langit termenung, yang di ucapkan sungai ada benarnya. Kejadian ini tidak sepnuhnya salah sungai. Manusia yang menciptakan bencana seperti saat ini. langit melihat lagi keadaan bumi dari atas, tiba-tiba seorang anak laki-laki menangis, ia mengadu pada langit. Bencana sore tadi membuat ia harus kehilangan keluarganya.
“mengapa semua terjadi padaku. Gara-gara bencana banjir melanda aku harus kehilangan keluargaku” isak gadis kecil itu. Langit tidak bisa menjawab pertanyaan gadis kecil itu, ia hanya menyimak aduannya pada langit. “tidak semua manusia di bumi ini melakukan kesalahan langit, tapi mengapa bencana datang pula pada manusia yang tidak bersalah. Ini tidak adil langit”
Hati langit mencelos, gadis kecil itu masih terisak tidak terima dengan keadaan yang menimpanya. Lalu, langit kembali bertanya pada sungai.
“mengapa kau biarkan anak laki-laki itu kehilangan keluarganya wahai sungai?” Tanya langit
“hal seperti itu memang lumrah langit”  jawab Sungai.
“lumrah?”
“semua mahkluk hidup yang mendiami bumi ini akandatang dan pergi. Apapun caranya. Kita tidak bisa mencegah hal itu, sudah ketentuan semesta”
“bencana ini membuat banyak manusia bersedih wahai sungai” seru langit
“ya, bencana ini terjadi untuk memperingatkan manusia. Ia tidak ada apa-apanya dibandingkan alam semesta ini”
“izinkan aku bercerita langit” seru hutan pada langit di sela perbincangannya dengan sungai.
“silahkan, apa yang akan kau bagi dengan kami wahai hutan”
“di daerahku, manusia begitu buas. Lebih buas dari hewan buas yang menapaki daerahku. Setiap hari mereka datang untuk mengambil dan menguasai apa yang mereka mau. Mereka mengikisku tanpa ampun bahkan tanpa jeda. Mereka membuat jerat untuk memangsa hewan-hewan yang hidup nyaman di daerahku. Mereka memotong pohon-pohon yang tumbuh di daerahku dengan serakah. Tanah, tumbuhan, hewan mereka bunuh tanpa ampun. Bahkan manusia mengguduliku dan membakar daerahku hanya untuk membuka lahan pertanian, pertebanakan atau hal-hal yang akan menguntungkan manusia. Mereka merusak ekosistem alam, maka suatu saat nanti alam akan membalasanya. Seperti yang terjadi pada saat ini. semua bukan hanya tentang sampah. Pohon-pohon yang fungisinya untuk menahan air di hutan kini hilang fungsi. Air mengalir tanpa ada penghalang”
“lalu, air yang mengalir deras itu bisa menjadi bencana banjir. Hutan yang tidak bisa menahan laju air pada saat hujan deras, sungai yang menjadi jalur air tidak bisa menampung pula karena adanya pendangkalan yang disebabkan oleh sampah dan terjadilah bencana banjir” Sungai menambahkan.
Semua hening, tidak ada yang berani berkomentar terhdap cerita yang dibawakn oleh hutan. Semua terdiam hanyut dalam fikiran masing-masing, sampai angin bersuara mengutarakan pemikirannya. “bukannya manusia diciptakan dengan derajat yang paling tinggi? Mengapa mereka melakukan hal se-gila itu? Manusia bahkan diberikan hati dan perasaan tidak seperti kita. Manusia bahkan bisa menilai mana yang baik atau yang buruk. Bukankah manusia diciptakan untuk menjadi seorang khalifah yang menjaga kelestarian ekosistem alam ini”
“tidak banyak memang manusia yang sadar akan tugasnya diciptakan di bumi ini” sungai berpendapat.
“mereka dibutakan oleh nafsu mereka. Sehingga tidak sadar akan tugasnya. Di fikiran mereka hanyalah bagaimana cara memuaskan nafsunya. Tanpa peduli dampak yang akan terjadi kedepannya. Norma-norma telah mereka hilangkan, hubungan antarsesama manusia mereka lupakan lalu apakah mereka bisa melestarikan alam? Yang terpenting bagi mereka adalah tingkat kepuasan mereka harus dipenuhi” laut kini berpendapat. “laut pun kini sudah mulai dipenuhi sampah. Ikan-ikan mati gara-gara memakan sampah”
“sungguh mengerikan” gumam Langit.
“begitulah manusia” seru sungai
“manusia perlu di sentil untuk sadar” hutan menambahkan
Kini tinggal gunung yang masih belum memberikan pendapatnya. Bukankah seharusnya akal fikiran manusia dipakai untuk bisa saling toleransi? Bagaimana caranya menghormati, berperilaku adil. Saling menyayangi, bahkan harusnya bisa saling menjaga alam ini dengan baik. Padahal suatu saat nanti mereka, manusia-manusia itu yang akan merasakan akibatnya. Gunung hanya mampu menyimak apa yang kawan-kawannya katakan.
“sepertinya aku perlu ikut berdiskusi dengan kalian” bumi kini ikut bergabung dalam percakapan antara langit, sungai, laut, angin dan hutan. “umurku sudah tidak muda lagi” suara bumi parau, ia menahan tangisnya. “aku sedih, karena aku sudah tidak mampu lagi menjaga bumi dengan baik”
“bukan salahmu bumi” ucap langit. “manusia seharusnya sadar, mereka kini yang harus mulai merawat kamu. bukan sebaliknya”
Kini langit mulai paham keadaan bumi yang tidak seindah apa yang ia lihat pada saat sore hari, senyum yang manusia lukis di wajahnya mungkin luka bagi tumbuhan yang harus kehilangan tubuhnya karena dipotong. Tawa manusia yang sering langit lihat kala sore tiba, adalah tawa bahagia dari manusia yang bahagia karena ia mampu menanhkap harimau dan menjual kulitnya untuk di jadikan uang. Tidak semua manusia seperti itu, hanya saja salah satu melakukan hal itu. langit hanya  menyaksikan dari atas, ia tidak tahu kedaan bumi dan manusia yang begitu rumit.
“aku sudah tidak mampu lagi menyuburkan tanah karena tanah karena lahan sudah banyak di jadikan bangunan perkotaan, aku sudah tidak mampu lagi menahan air sehingga banjir terjadi dimana-mana, bahkan aku tidak bisa mengendalikan curah hujan akibat efek rumah kaca” bumi menangis, umurnya sudah tidak muda lagi. Tapi manusia seakan tidakpeduli dengan keadaanya.
“aku benar benar tidak habis fikir dengan apa yang dilakukan oleh manusia. Mereka tidak sadar bahwa di hari akhir mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas perilaku mereka, mereka tidak sadar bahwa kita akan menjadi saksi atas semua perlakuan mereka pada bumi” seru hutan
“sudahlah kawan, tugas kita hanya menjaga bumi agar tetap bahagia, kita berusaha agar ekosistem seimbang, agar bumi sehat selalu untuk mencegah bencana terjadi lagi, tidak semua manusia melakukan hal yang sama. Mari kita dukung manusia yang masih peduli terhadap kita, bumi dan ekosistem ini. meskipun aku hanya mengamati kalian di atas sini. Selebihnya biarkan semesta menghukum manusia suatu saat nanti” langit menangahi perbincangan ini, bahkan ia mengakhiri percakapan ini.
Semua hal yang terjadi memang selalu ada sebab akibat. Entah bencana yang terjadi karena alam itu sendiri atau karena ulah manusia. Tugas kita hanya terus menjaga bumi agar selalu sehat.
Langit sore kali ini memang penuh dengan luka, semoga luka cepat sembuh. Agar langit bisa kembali melihat sore yang indah. Yang dipenuhi oleh warna jingga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Sunset Is Beautiful, Isn't It?

Bertemu, lalu berdamai