Tentang Perempuan




Oke, diriku mau sharring tentang dua acara diskusi sama seminar tentang perempuan yang akhirnya  bikin mindsetku sedikit berubah.

Perempuan, makhluk Allah paling spesial. Ia diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, tepat di dekat hati itu artinya perempuan memang diciptakan untuk dilindungi. Kata pemateri yang berucap.



Lalu bagaimana jika kondisinya terbalik? Misalkan fungsi perempuan yang tadinya harus dilindungi kini menjadi seorang pelindung. Paradigmanya memang sudah terjadi di lingkungan sekitar. Bahwa seorang perempuan kini bisa menjadi tulang punggung keluarga, menafkahi anak bahkan suaminya.

Tapi, pandangan masyarakat kuno tentang perempuan masih saja memandang perempuan sebagai makhluk yang lemah. Yang tugasnya hanya dapur, kasur dan sumur.

Dan akhirnya timbul emansipasi wanita atau banyak yang bilang feminisme. Pemberontakan perempuan untuk mendapatkan kesetaraan gender.  Bahwa perempuan meminta hak mereka untuk bisa eksis juga di ranah publik.

Masalahnya, agama, tradisi, bahkan keluarga selalu dijadikan alasan perempuan berat langkah untuk berbicara. Padahal pada dasarnya, agama tidak pernah mempersempit ruang bagi perempuan untuk menunjukkan diri di ranah publik. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sama. Hanya saja fungsinya yang berbeda.

Timbulnya perbedaan derajat yang terjadi di masyarakat ini adalah budaya patriarki yang  sudah didoktrin dari zaman kolonial dulu, tujuannya hanya untuk merendahkan kaum perempuan. So, sebenernya bukan agama kita yang membuat perempuan hidup dalam bayangan laki-laki. Tapi orang-orang baratlah yang menciptakan budaya patriarki ini, budaya yang membuat perempuan sulit mengekspresikan potensi yang ada pada dirinya.

Gender dan Seks itu berbeda. Seks adalah jenis kelamin, laki-laki dan perempuan kodrat yang sudah Allah berikan dan tidak bisa di ubah lagi. Sementara gender adalah perbedaan peran, kedudukan, tanggung jawab dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak ada aturan dimana laki-laki tidak boleh memasak, beres-beres atau bahkan mengasuh anak. Semua hal itu bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan, tidak ada batasan. Karena pada dasarnya gender bukan kodrat.

Alhamdulillah dengan adanya Seminar dan diskusi waktu itu, pemikiranku yang sempit gara-gara pernah menjudge Agamaku sendiri yang ngelarang perempuan ini itu, dan memilih menjadi seorang feminis pemikranku udah sedikit terkikis untuk meninggalkan pemikiran itu. Allah masih sayang aku, untuk engga terus menentang agama sendiri hanya karena permasalahan perempuan.

Sebenarnya, Islam engga pernah melarang perempuan untuk membatasi dirinya untuk bisa berekspresi di ranah publik. Dengan catatan tahu batasan diri, hal-hal apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Dengan adanya batasan-batasan, sebenernya itu adalah bentuk Allah melindungi perempuan dari hal-hal yang membahayakan. Gimana? Bukankah Allah Maha Penyayang?

Lagi-lagi hatiku terenyuh, beberapa bulan ini aku selalu menentang sama agamaku, sama Allah.
Perempuan itu kuat, bisa nahan sakit pas haid, bisa kuat pas melahirkan, bisa memaafkan laki-laki yang menyakitinya.

Jadi, kata siapa perempuan gak kuat? Bahkan ia bisa bekerja, sama layaknya dengan seorang laki-laki. Lalu, mengapa laki-laki masih banyak menganggap bahwa perempuan adalah bawahan mereka yang bisa di jajah menjadi seorang pembantu yang diam di rumah.

Yang salah budayanya, bukan Agamanya. Ridho Istri memang  ada pada suami, maka dari itu cari suami yang baik imannya, baik perilakunya, baik agamanya, baik pula ilmunya. Jika seperti itu, tidak akan ada perempuan yang tertindas atas nama patriarki.  

Perempuan mudah masuk syurga, namun penghuni neraka banyak dihuni oleh perempuan. Kalimat penutup yang bikin hatiku kaya ditikam pisau tajam, kena banget. Reminder baru buat hidupku kedepan, bagaimana memperlakukan diri sendiri, dan bagaimana kelak aku mengabdikan diri pada suamiku.

Bagi perempuan, produktif adalah suatu keharusan. Apalagi ini adalah zaman millennial dimana kita harus bisa menjadi perempuan yang bisa menjalankan dua peran. Menjadi seorang Ibu, dan juga menjadi seseorang yang bisa membuat inovasi-inovasi baru di ranah publik.

Bagi laki-laki, buang budaya patriarki yang secara tidak langsung terdidik semenjak kecil. Karena membangun keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah adalah tentang sebuah kerjasama. Jika kerjasama baik, maka keluarga yang dibentuk pun akan baik.





pict by unplash

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Sunset Is Beautiful, Isn't It?

Bertemu, lalu berdamai