Dua Puluh Dua








Aku merasa belakangan ini, dunia suka sekali mendikteku.
Kamu dua puluh dua, bukan waktunya berteman dengan imajinasimu.  Celoteh dunia padaku.
Tapi, bukankah aku sendiri yang mengenal diriku?
Dua puluh dua menyuruhku untuk bersikap dewasa. Dan aku tidak melakukannya.
Mau bagaimana lagi? Aku lebih nyaman menggunakan piyamaku daripada menggunakan dress indah. Menyita waktu hanya untuk sebuah penampilan yang menarik.
Aku menyukai sneaker tapi keadaan memaksaku untuk menggunakan heels.
Aku tidak suka menggunakan make up. Aku suka wajahku yang berminyak.
Aku lebih memilih Kaki lima daripada jajan di Kafe.
Daripada warna merah muda, aku memilih warna hitam. Jangan berkomentar, itu pilihanku.
Daripada puisi, aku lebih mencintai prosa.
Melakukan hal yang membuatku cantik dan anggun. Itu bukan definisiku.
Konyol, norak, dan cerewet adalah definisiku.
Aku yang mengenal diriku, bukan dunia yang mendikteku.
Daripada jalan bergandengan, aku lebih menyukai jalan sendirian. Ah, mereka tidak paham sendiri itu menyenangkan.
Berhenti menyukai K-POP? Ah mana mungkin. Kamu menyuruhku gila?
Berhenti membaca novel?
Berhenti meminum kafein?
Berhenti makan mie?
Berhenti mendengarkan musik?
Sialan!!
Apa dengan dua puluh dua aku harus meninggalkan segala hal yang aku sukai? Tidak masuk akal.






pict by google

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Sunset Is Beautiful, Isn't It?

Bertemu, lalu berdamai